My feature on Kompas (6/11) |
Jalesveva Jayamahe!
Di lautan kita berjaya...
Di lautan kita berkarya...
Kita
boleh berbangga karena sekitar 18 persen terumbu karang dunia yakni seluas
74.748 kilometer persegi hidup di dasar laut Nusantara. Dengan keanekaragaman hayati
laut terbesar di dunia yakni sekitar 750 jenis karang dan 942 jenis ikan, tak
aneh rasanya bila negeri ini dijuluki "Negeri Megabiodiversity".
Namun,
hal menyedihkan justru datang dari laporan para peneliti dari Pusat Penelitian
Oseanografi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) (2005), ternyata hanya
tersisa 5,8 persen terumbu karang di Indonesia yang masih dalam kondisi baik.
Hal tersebut memicu gerakan sekelompok pemuda yang tergabung dalam Unit
Kegiatan Selam 387 Universitas Diponegoro (Uksa 387 Undip) Semarang untuk menyelenggarakan
kegiatan bertajuk Coral, Serviceable,
Volunteer, Action (Conservation).
All participants |
Conservation
merupakan program berkelanjutan lima tahun yang diselenggarakan Uksa 387 Undip
sejak 2011 di Kepulauan Karimun Jawa, Jawa Tengah. Pada 21-25 September 2012,
acara Conservation kedua kembali dilaksanakan. Sebanyak 15 sukarelawan dari
beberapa daerah di Indonesia seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya,
hingga Kalimantan Timur berkumpul di Karimun Jawa untuk melakukan konservasi
lautan.
Hari
pertama diisi dengan seminar mengenai ekonomi pariwisata, konservasi, dan
terumbu karang, para peserta dibekali pengetahuan awal mengenai terumbu karang.
Hadir sebagai pembicara dosen Oseanografi Undip, Prof. Sahala Hutabarat, M.Sc,
perwakilan Coral Triangle Center,
Arief Darmawan, dan perwakilan dari Terangi, Mikael Prastowo.
Peserta
mulai beranjak menuju Karimun Jawa pada Sabtu (22/9) dan menginap di Desa
Kemujan, sekitar 25 kilometer dari pintu utama Pulau Karimun Jawa. Keesokan
harinya, meskipun laut Jawa yang biasanya tenang sedikit bergelombang, hal
tersebut tak menyurutkan semangat para penyelam yang rata-rata terdiri atas
mahasiswa dan pelajar untuk melakukan kegiatan transplantasi karang di
kedalaman 7-8 meter. Mereka berharap kelak hewan yang hanya tumbuh 2 hingga 10
cm per tahun ini dapat dilihat oleh anak-cucu mereka.
Coral transplantation |
Setelah
melakukan kegiatan transplantasi karang, rombongan peserta beranjak menuju
Pulau Tengah untuk melakukan kegiatan selam gembira atau fun dive. "Tahun
ini konstruksi bawah lautnya kami tambah tugu dengan polip di atasnya, serta fish shelter untuk membasmi alga,"
jelas Ketua Panitia acara Aulia Yustian. Hari terakhir diisi dengan kegiatan
sosial seperti Coastal Clean Up di
sekitar Pantai Bare, Coastal Clean Up
merupakan kegiatan pembersihan sampah di sekitar pesisir pantai dari batas
pasang pantai hingga batas surut pantai. Kegiatan pun dilanjutkan dengan pendataan
keadaan sosial ekonomi masyarakat, dan peresmian perpustakaan pintar di SD
Negeri 4 Kemujan. "Melalui program ini, kami berharap semua yang terlibat
memiliki jiwa konservasi yang sustainable,"
tambah Aulia Yustian.
Pendataan
keadaan social ekonomi masyarakat dilakukan kepada sekitar dua puluh sampel
kepala keluarga. Selain pendataan keadaan social dan ekonomi, penduduk juga
mendapat penjelasan seputar konservasi dan pentingnya terumbu karang bagi
kehidupan masyarakat. Dari kegiatan itu pula diketahui bahwa masih ada penduduk
sekitar yang melakukan “selam kompresor”, yaitu menyelam dengan menggunakan kompresor
pengisi udara ban yang dapat menyebabkan gangguan kesehatan mulai dari kram
hingga kelumpuhan.
Kemujan, Sisi Lain Karimun Jawa
"Indonesia
memiliki garis pantai terpanjang keempat di dunia," ungkap Prof. Sahala
Hutabarat, M.Sc. dalam seminar hari pertama Conservation 2nd. Jadi dapat
dibayangkan berapa banyak masyarakat pesisir yang alur napasnya turut ditunjang
kekayaan sector kelautan. Bukan tanpa alasan Tuhan menganugerahi negeri ini
dengan laut mahaluas, potensi negeri mega-biodiversity ini pun tak perlu
diragukan lagi. Maka, bukan tanpa alasan pula proyek ekowisata Taman Bawah Laut
di Karimun Jawa ini diadakan demi membangun potensi ekonomi masyarakat sekitar
pesisir.
Masih banyak
tantangan yang harus dilalui untuk menjadikan Desa Kemujan destinasi ekowisata yang
menjanjikan, bayangkan saja akses yang cukup jauh dari Pelabuhan utama (sekitar
25 km) tanpa kendaraan komersial, sinyal
provider telepon genggam pun sulit dijangkau, itupun menggunakan penangkap
sinyal, belum lagi, pasokan listrik yang hanya hidup 6 jam saja (18.00-24.00).
Masyarakat sekitar pun belum banyak yang mengenal kegiatan konservasi bagi
terumbu karang yang menjadi sasaran wisata andalan.
"Kendala Desa Kemujan itu disebabkan pintu bagi wisatawan cuma ada satu, yaitu di Karimun Jawa" jelas Kepala Desa Kemujan, Yuslam Said saat pembukaan acara Conservation. Seiring istilah "traveling" dan acara "jalan-jalan" yang kini makin menjamur, tak ada salahnya sebagai wisatawan tak hanya mengekspos keindahan dan metode bepergian saja, kesejahteraan masyarakat sekitar pun patut diperhatikan! Sekali lagi, Jalesveva Jayamahe!
"Kendala Desa Kemujan itu disebabkan pintu bagi wisatawan cuma ada satu, yaitu di Karimun Jawa" jelas Kepala Desa Kemujan, Yuslam Said saat pembukaan acara Conservation. Seiring istilah "traveling" dan acara "jalan-jalan" yang kini makin menjamur, tak ada salahnya sebagai wisatawan tak hanya mengekspos keindahan dan metode bepergian saja, kesejahteraan masyarakat sekitar pun patut diperhatikan! Sekali lagi, Jalesveva Jayamahe!
No comments:
Post a Comment