Bukit Cinta, Labuan Bajo (Oleh Anisa Rahmawati) |
Belum pernah
saya menginjakkan kaki di Pulau Flores, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Namun,
saya sadar separuh alur napas kehidupan masa kecil saya ditunjang di sini.
Awal dekade
90-an Ayah saya tinggal dan bertugas di Kabupaten yang kini mendadak diinvasi
turis karena sensasi 7 wonders ini. Ayah selalu bercerita, lewat foto-fotonya
di masa lalu pada saya, tentang bagaimana Ia tinggal dan bergabung menjadi
seorang asli Kabupaten Manggarai, sekaligus menyambung napas keluarga di
tanah Jawa. Melalui perjalanan pertama saya ke Flores, saya merasa
"kembali".
Dua dekade
berselang setelah Ayah lepas landas dari NTT, saya mewakili diri
Ayah saya untuk menyaksikan diaspora pembangunan masyarakat Manggarai di tengah
eksodus besar-besaran komoditas pariwisata domestik dan internasional ke timur Indonesia.
Kini masyarakat
Manggarai Barat yang berpusat di Labuan Bajo sedang gencar-gencarnya
mempromosikan pariwisata mereka. Maklum saja, bisnis pariwisata sedang berada
di puncak jayanya. Salah satunya adalah acara Sail Komodo 2013 yang puncak
acaranya akan jatuh pada 14 September nanti, hanya selang 2 minggu dari
kedatangan saya di Labuan Bajo.
Phinisi, Labuan Bajo |
Kata orang-orang
akan datang ribuan kapal yang berlayar dari belasan negara dan beberapa
wilayah di Indonesia, menggunakan kapal-kapal khas wilayah mereka
masing-masing. Ketika saya pertama kali tiba di Labuan Bajo pun saya disambut
ratusan phinisi mini yang bergaya di sekitar perairan Flores.
Kelak pada acara
puncak nanti akan hadir banyak pejabat-pejabat negeri mulai dari staf-staf
pemerintahan, menteri, Presiden, hingga pemimpin atau wakil diplomatis negara
tetangga. Sempat terpikir, untuk tinggal sampai Sail Komodo 2013 selesai.
Namun, apadaya kampus sudah memanggil-manggil. Tanggungjawab menanti di Jawa.
Selain itu saya pun berpikir, sepertinya pergerakan akan susah sekali jika Sail
Komodo tiba.
Pelabuhan dan
penerbangan akan sangat penuh, penginapan pun bernasib sama. Harga-harga
melambung? Jangan ditanya, hingga tebakan bahwa pada harinya nanti tak akan
bisa kemana-mana dan berakhir diam.
Rumah Pak Viggo
J-Trip bersama keluarga Pak Viggo |
Ya, saya betah
di Labuan Bajo. Sangat betah. Bahkan saya punya mimpi, saya harus punya
penginapan di sini. Terlalu banyak orang baik yang saya temui di Labuan Bajo,
salah satunya keluarga Pak Viggo.
Kami, yang
jumlahnya lebih dari selusin dan hampir sekodi ini diterima dengan sangat baik
di rumah Pak Viggo. Beserta istri, dan dua anaknya George dan Jason kami merasa
menemukan keluarga baru yang sangat menyenangkan.
Kedatangan
pertama kami di rumah ini, kami disambut dengan pesta kecil-kecilan. Ikan
kerapu bakar yang besar-besar dengan sambal dabu-dabunya yang pedas dan segar
serta ratu penyambutan, sopi!
Pak Viggo pun
memanggil beberapa kerabatnya untuk mengobrol dan meramaikan pesta. Lagu-lagu
folk khas pesisir Labuan Bajo yang bagi orang awam seperti saya sekilas
terdengar seperti lagu reggeae dicampur nada musik afro amerika membuat kami
ingin bersantai di hammock tapi tetap bergoyang ala timur. Coba bayangkan
bagaimana rasanya!
(Foto oleh Anisa Rahmawati) |
Esok harinya
kami diajak berjalan-jalan melihat sunset dari salah satu bukit yang ada di
Labuan Bajo. Orang bilang namanya Bukit Cinta karena banyak orang berpacaran
yang menyaksikan matahari tenggelam di sana.
Bukitnya tak
terlalu tinggi, tetapi cukup untuk melihat pemandangan dari atas Labuan Bajo.
Ke arah berlawanan dari tempat matahari tenggelam, kami bisa melihat bandar udara
Labuan Bajo. Siap-siap saja bila di sini siang hari, pesawat terlihat terbang dengan rendahnya.
Sepanjang jalur
menuju puncak bukit, terdiri dari savana. Rumput-rumput kering yang gatal dan
sudah menguning. Benar-benar menyenangkan. Dari atas, titik-titik phinisi yang
kemarin saya lihat begitu megah dan besar menghiasi tepi Labuan, diselingi
bukit-bukit cantik. Saya sempat berpikir, kok mirip Raja Ampat ya gugusan
bukitnya? Ya, walaupun cuma saya lihat dari foto saja.
Sebelum sunset
benar-benar usai, kami meluncur menuju salah satu bar dan restoran yang punya
view sunset Labuan Bajo tercantik. Saya sarankan ke Paradise Bar and
Restaurant! Spot favorit saya adalah meja memanjang yang menghadap langsung ke
lautan. Cantiknya keterlaluan.
Jika hendak
minum-minum saja, harganya relatif terjangkau, sepadan dengan pemandangan yang
disajikan, berkisar antara 9k-20k untuk minuman tak beralkohol, dan sekitar
30k-60k untuk minuman beralkohol. Untuk makanan rata-rata berkisar di atas 20k.
Labuan Bajo, our sunset paradise!!!